Mengenal Gajah Sumatera Satwa Yang Terancam Punah
Mengenal Gajah Sumatera Satwa Yang Terancam Punah. Gajah Sumatera (Elephas maximus) merupakan Binatang langka yang dilindungi undang-undang sejak zaman Belanda yang diatur dalam peraturan Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931 No 134 dan 266. Barang siapa dengan sengaja menangkap gajah secara ilegal di habitat aslinya, memelihara tanpa izin dan memperjual-belikannya maka akan dikenakan Hukuman. Nah Bagaimana Jika Gajah Yang Menggangu Lahan Pertanian dan pemukiman warga...? Jika Hal ini terjadi harap segera melaporkan kepada pihak yang berwajib dimana Gajah hasil tangkapan tersebut kemudian dibawa ke Pusat Latihan Gajah (PLG) yang merupakan tempat menjinakkan gajah.
Gajah Sumatera adalah merupakan salah satu dari subspesies gajah asia dan semua gajah asia digolongkan sebagai satwa terancam punah (critically endangered) yang dirilis lembaga konservasi dunia IUCN. Binatang ini mengalami ancaman serius berupa aktivitas pembalakan liar, penyusutan dan fragmentasi habitat, pembunuhan akibat konflik dan perburuan. Wilayah penyebaran Gajah Sumatera meliputi Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung. Kelangsungan hidup populasi gajah ini dalam jangka panjang terancam oleh cepatnya konversi hutan menjadi perkebunan dan tanaman komersial. Saat ini populasi gajah sumatera adalah antara 2.400 – 2.800 ekor.
Ciri-Ciri Fisik Gajah Sumatera
Gajah sumatera adalah mamalia terbesar di Indonesia, beratnya mencapai 6 ton dan tumbuh setinggi 3,5 meter pada bahu. Periode kehamilan untuk bayi gajah sumatera adalah 22 bulan dengan umur rata-rata sampai 70 tahun. Gading Gajah Sumatera Jantan relatif lebih pendek jika dibandingkan sub-spesies gajah lainnya sedangkan gajah betina memiliki gading yang sangat pendek dan tersembunyi dibalik bibir atas. Tinggi gajah-gajah jantan Sumatera dewasa bisa mencapai antara 1,7-2,6 meter. Binatang raksasa ini sangat cerdas dan memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia darat lain. Telinga yang cukup besar membantu gajah mendengar dengan baik dan membantu mengurangi panas tubuh. Belalainya digunakan untuk mendapatkan makanan dan air dengan cara memegang atau menggenggam bagian ujungnya yang digunakan seperti jari untuk meraup. Dalam satu hari, gajah mengonsumsi sekitar 150 kg makanan dan 180 liter air dan membutuhkan areal jelajah hingga 20 kilometer persegi per hari. Biji tanaman dalam kotoran mamalia besar ini akan tersebar ke seluruh areal hutan yang dilewatinya dan membantu proses regenerasi hutan alam.
Habitat Gajah Sumatera
Gajah Sumatera dapat hidup dalam tipe habitat yang berbeda-beda, antara lain Hutan rawa, Hutan rawa gambut, Hutan dataran rendah, dan Hutan hujan pegunungan rendah. Hewan ini menyukai hutan yang ditumbuhi pepohonan yang lebat, selain dapat dijadikan tempat berteduh untuk menstabilkan suhu tubuh saat cuaca panas, juga karena hewan ini membutuhkan suplai makanan hijau untuk menu utama dan juga pelengkap untuk memenuhi asupan mineral kalsium untuk pertumbuhan gading, tulang serta gigi. Tidak hanya pepohonan yang lebat, mereka juga akan memilih habitat yang memiliki sumber air. hewan ini adalah spesies yang sangat bergantung pada ketersediaan air untuk minum dan berkubang. Yang Uniknya, gajah menggunakan mulut untuk minum ketika berendam di sungai, namun menggunakan belalai saat minum di daerah rawa dan sungai dangkal. Gajah Sumatera memilih untuk makan saat hujan atau setelah hujan reda agar dapat memenuhi kebutuhan garam mineral dalam tubuhnya seperti kalsium, magnesium, dan kalium. Cara cerdas lainnya yang mereka lakukan adalah dengan menggemburkan tanah tebing atau memakan gumpalan tanah yang mengandung garam. hewan khas ini juga sering melukai bagian tubuhnya agar dapat menyikat darahnya yang mengandung garam. hewan ini hidupnya berkelompok yang mana Dalam penjelajahannya, kawanan gajah akan mempertahankan kelompoknya dan saling berkomunikasi melalui suara yang bersumber dari getaran pangkal belalainya.
Sumber
www.wwf.or.id
0 Response to "Mengenal Gajah Sumatera Satwa Yang Terancam Punah"
Post a Comment